Newssumut.com.
21/07/2025. Di era globalisasi yang serba cepat ini, pengembangan kecerdasan
intelektual saja tidak cukup untuk membentuk generasi yang utuh. Krisis moral,
kurangnya etika, dan penurunan nilai-nilai luhur menjadi isu krusial yang
menuntut perhatian serius dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter
seringkali masih dipandang sebagai pelengkap, bukan inti dari proses
pembelajaran. Implementasinya di sekolah masih menghadapi banyak tantangan,
mulai dari keterbatasan pemahaman guru, kurangnya strategi yang sistematis,
hingga ketiadaan mekanisme monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut yang
terukur. Akibatnya, program pendidikan karakter seringkali berjalan sporadis,
tanpa dampak yang signifikan dan berkelanjutan dalam membentuk karakter positif
siswa. Diperlukan sebuah pendekatan komprehensif yang tidak hanya merancang
kegiatan, tetapi juga memastikan pelaksanaannya termonitor, dievaluasi, dan
ditindaklanjuti secara efektif.
Ketiak dihubungi oleh kontributor Newssumut.com. Kepala SMPN2 Sibolangit Dr, Achmad Bakhtiar, MA. Menyatakan "Melihat urgensi tersebut, muncul ide untuk menciptakan sebuah sistem yang terintegrasi dalam mengimplementasikan pendidikan karakter. Ide ini berangkat dari pemikiran bahwa keberhasilan pendidikan karakter sangat bergantung pada siklus yang lengkap: perencanaan yang matang, implementasi yang konsisten, monitoring yang berkelanjutan, evaluasi yang objektif, dan tindak lanjut yang konstruktif. Konsep ini kemudian dirangkum dalam akronim yang mudah diingat: SI PENDIKAR ME RIMOTE TL. Singkatan ini mewakili "SIstem PENDIdikan KARakter Melalui ME-Rancang, Implementasi, MOnitoring, TE-valuasi, dan Tindak Lanjut". Inovasi ini akan memastikan bahwa setiap aspek pendidikan karakter tidak hanya direncanakan dengan baik, tetapi juga dilaksanakan, dipantau, dinilai, dan diperbaiki secara berkelanjutan'.Newssumut.com.